Digital Highlight

 

Digital Highlight

 

Tell us a story like a digitale

 

Terus memantapkan diri menjadi yang terdepan dalam arus perkembangan teknologi dan informasi. Bank Mandiri tak hentinya berbenah untuk maju melalui transformasi, inovasi, keamanan data, dan sumber daya manusia yang unggul. Memberikan makna bagi kehidupan yang lebih baik. 

 
 
 

Antisipasi Digital Booming, Mandiri Luncurkan Hype Branch

 

Going Digital, Bank Mandiri Menjawab Perubahan Era

Filsuf kenamaan asal Inggris, Herbert Spencer menemukan frasa ‘survival of the fittest’ untuk menjelaskan secara mudah karya monumental On the Origin of the Species milik Charles Darwin tentang teori evolusi. Mekanisme seleksi alam memaksa organisme untuk beradaptasi dengan lingkungan. Artinya siapa yang paling mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dialah yang akan mampu bertahan, bahkan mendominasi.


Dalam kasus industri saat ini, kemampuan untuk beradaptasi menjadi tuntutan utama. Banyak raksasa bisnis dengan modal finansial besar ternyata secara mengejutkan tumbang dengan cepat. Modal besar tak menjamin keberlangsungan bisnis, justru kemampuan untuk berubah pola pikir (mindset) agar tetap sesuai dengan dinamika bisnis di masa digitalisasi lah yang menjadi kunci. 


Akhir 2019, Bank Mandiri memutuskan menaikan alokasi belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar 30% atau setara Rp2,4 triliun untuk pengembangan layanan digital. Direktur Teknologi Informasi Rico Usthavia Frans mengakui, sejak awal perjalanan Bank Mandiri, yakni bermula dari digabungnya Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) pada 31 Juli 1999, memang lekat dengan digitalisasi.
 
Digitalisasi menjadi tuntutan mengingat Bank Mandiri harus menggabungkan sistem dari keempat bank kemudian melakukan transformasi internal demi terciptanya sistem digital perbankan yang tangguh (agile), dapat diandalkan (reliable) sekaligus mudah dikustomisasi.
 
Sejak lima tahun terakhir, digitalisasi produk dan layanan keuangan menjadi tuntutan utama bagi industri perbankan untuk memenangkan persaingan. Sesuai bagi pasar generasi milenial yang merupakan digital native, sekaligus membuat ekosistem perbankan semakin efektif dan efisien.


Untuk menunjang hal tersebut, Bank Mandiri mempunyai Memiliki 3 pilar dalam digital banking. Pertama adalah digitalisasi internal proses, yaitu bagaimana proses di dalam bank mandiri itu untuk siap di era digital. Pilar kedua adalah meoderinisasi E-channel, jadi channel yang sudah ada seperti, atm, internet banking, mobile banking, call center dan lainnya dilakukan modenisasi sesuai era digital saat ini. Pilar ketiga adalah leverage digital ecosystem,baik itu berkolaborasi dengan marketplace maupun e-commerce. Namun, tiga pilar ini tetap berada dalam balutan risk management dan security IT yang bagus. 


Dan Core dari semua pilar itu adalah digital mindset, ini yang menjadi tantangan jangka panjang bagi Bank Mandiri. Bagaimana mengubah semua proses tersebut dan juga culture perbankan yang sudah berjalan selama ini menjadi culture dan pemikiran yang digital.


Melalui E-channel atau Mandiri e-banking, memungkinkan nasabah bertransaksi dengan mudah kapan saja dan dimana saja. Sementara melalui Mandiri Online atau Mandiri Mobile Banking, layanan perbankan Bank Mandiri mempermudah nasabah untuk melakukan berbagai transaksi finansial dan nonfinansial dengan menggunakan aplikasi yang bisa diakses melalui smartphone.
 
Sementara dari sisi perbankan sendiri, pilihan digitalisasi merupakan pilihan yang menguntungkan secara bisnis. Dengan menciptakan ekosistem perbankan yang digital dan bisa diakses dimanapun membuat rantai bisnis sangat efisien. 
 
Sebagai perbandingan, untuk membuka satu kantor cabang dibutuhkan setidaknya Rp 1,5 miliar, itu belum termasuk biaya rutin untuk operasional dan perawatan kantor cabang. Dengan digitalisasi biaya-biaya tersebut akan berkurang banyak. 
 
Pada sisi lain, agar memiliki sistem yang tangguh (agile), dapat diandalkan (reliable) sekaligus mudah dikustomisasi Bank Mandiri melakukan langkah untuk mengurangi ketergantungan kepada rekanan (vendor) dan mengembangkan sistem menggunakan SDM internal.
 
Tentu saja transformasi digital yang telah dilakukan harus dipadukan dengan strategi komunikasi yang mumpuni untuk mengedukasi konsumen lama maupun menarik perhatian calon konsumen.
 
Hal ini tak lepas dari pertarungan memperebutkan pasar konsumen yang didominasi masyarakat kelas menengah urban milenial (urban middle-class milenial) yang sangat terdidik secara teknologi dan menuntut layanan digital yang efektif dan efisien.

 

 

Antisipasi Digital Booming, Mandiri Luncurkan Hype Branch

 

Antisipasi Digital Booming, Mandiri Luncurkan Hype Branch

 

 

 

 

 

 

Jakarta, 11 Maret 2020 - Bank Mandiri terus melakukan inovasi bisnis untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan sebagai bentuk antisipasi atas perkembangan terkini. Seiring maraknya pemanfaatan teknologi digital di berbagai aspek kehidupan, Bank Mandiri memperkenalkan cabang khusus bernuansa digital atau hype branch di Ground Floor Mal Senayan City, Jl. Asia Afrika Lot.19 pada Rabu (11/3).

Kantor yang merupakan re-layout cabang eksisting itu merupakan wujud nyata penyesuaian tampilan fisik cabang yang mengusung konsep ‘kekinian’ guna meningkatkan customer experience di ruang kantor yang lebih modern dan berorientasi pada edukasi digital. Hingga akhir tahun ini, Bank Mandiri berharap dapat memperkenalkan sedikitnya 4 (empat) Hype Branch di seluruh Indonesia, satu cabang di Bali tepatnya di KCP Kuta Sunset Road yang sudah diresmikan bulan Januari 2020, dan dua cabang lagi di Jakarta.

Menurut Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi, ekspektasi nasabah saat ini terbentuk dari apa yang dinamakan global trends, teknologi baru dan inovasi-inovasi penawaran produk dan layanan kepada nasabah. Hal tersebut mempengaruhi bagaimana nasabah menentukan pilihan, termasuk produk dan layanan perbankan serta layanan finansial lainnya.
 
“Inovasi tidak berhenti sampai disini, dengan kemajuan teknologi sekarang, nasabah dapat mendapatkan informasi mengenai perbankan di manapun, kapan pun, dan dari siapa pun. Untuk itu, Bank Mandiri harus terus berinovasi dan berkreasi untuk mengembangkan produk dan layanan yang sesuai dengan kemajuan teknologi serta preferensi generasi saat ini, baik itu melalui studi kasus maupun metode distribusi yang dikembangkan secara lebih efisien,” kata Hery saat meresmikan pengoperasian Hype Branch KCP Jakarta Senayan City yang didampingi oleh Johan Gito selaku Direktur Utama Senayan City.

Hype Branch KCP Jakarta Senayan City dibangun di Lower Ground Floor yang merupakan area khusus food and beverages dan merupakan pengembangan dari konsep kantor cabang Bank Mandiri yang telah beroperasi sebelumnya. Hype Branch Jakarta Senayan City menempati area seluas 346,8 m2 yang terdiri dari Area Cabang (banking hall dan backoffice) seluas 220,8 m2, area café bar dan dining area seluas 126 m2. Adapun target market yang ingin disasar dengan konsep Hype Branch KCP Jakarta Senayan City adalah Millenials dengan usia antara 25 – 35 tahun, kaum urban yang well educated, serta Technology savvy.

”Melalui hype branch ini, kami ingin memberikan pengalaman unik bertransaksi digital ala Mandiri. Harapannya, keberadaan cabang ini tidak hanya dapat dinikmati nasabah, namun juga pengunjung Mal Senayan City sehingga mereka tertarik mencoba bertransaksi digital ala Mandiri,” lanjut Hery.

Hery menambahkan, transaksi digital Bank Mandiri kini telah dapat dilakukan melalui berbagai media seperti aplikasi Mandiri Online, ATM, SMS Banking. Melalui aplikasi Mandiri Online, misalnya, nasabah dapat melakukan berbagai transaksi, termasuk pemindahbukuan, transfer antar bank, pembayaran bulanan, termasuk mendapatkan informasi detil terkait saldo tabungan, pinjaman dan data transaksi.

Per Desember 2019, pengguna aplikasi Mandiri Online mencapai 3,23 juta user, tumbuh 71,7% yoy dengan frekuensi transaksi finansial yang terus meningkat menjadi 394,1 juta. Dari jumlah tersebut, nilai yang ditransaksikan mencapai Rp748,8 triliun, naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, Regional CEO Bank Mandiri Harry Gale mengatakan, pihaknya siap untuk terus mengembangkan inovasi dan lebih banyak berinteraksi dengan nasabah untuk menyerap informasi terkini dari pasar.

“Kami berharap kehadiran Hype Branch KCP Jakarta Senayan City dapat memberikan kontribusi positif bagi Bank Mandiri pada khususnya dan terutama kemajuan bangsa dan negara Indonesia,” kata Harry.

 

Bank Mandiri Bekerjasama Dengan Microsoft Untuk Optimalkan Bisnis

 

Bank Mandiri Bekerjasama Dengan Microsoft Untuk Optimalkan Bisnis 
 

 

Jakarta, Maret 2020 - Bank Mandiri bekerjasama dengan Microsoft untuk mengoptimalkan proses bisnis. Lewat kerjasama ini, Bank Mandiri akan menggunakan cloud dan kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh Microsoft dalam mengelola dan mengembangkan bisnis.

Nota kesepahaman (MoU) kerjasama tersebut ditandatangani oleh Presiden Direktur Microsoft Indonesia Haris Izmee dan Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar serta disaksikan CEO Microsoft Satya Nadela pada acara //Dev Con/Microsoft Indonesia Digital Economy Summit yang berlangsung di Jakarta, 27 Februari 2020.

Menurut Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar, kolaborasi dengan Microsoft akan memungkinkan Bank Mandiri untuk mengeksplorasi teknologi guna meningkatkan daya saing di dunia digital, sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan, manajemen risiko, kolaborasi karyawan dan proses bisnis.

"Kami melihat kolaborasi ini sebagai inisiatif strategis untuk menjawab kebutuhan pelanggan kami yang semakin kompleks serta memanfaatkan pertumbuhan cepat dari layanan Keuangan berbasis digital di Indonesia," kata Royke Tumilar dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (10/3).
 
Adopsi solusi artificial intelligence (AI – kecerdasan buatan) dan intelligent cloud diharapkan dapat mengubah operasional Bank Mandiri menjadi lebih efisien dan efektif. Infrastruktur skala cloud, kecerdasan buatan, dan machine learning (pembelajaran mesin) dari Microsoft akan menganalisis jutaan pembukuan dan titik data untuk memberikan grafik pengkajian informasi terkait untuk keputusan yang lebih baik, termasuk evaluasi risiko kredit. Ini juga akan mempersingkat proses pemrosesan data, persiapan, dan tata kelola.

Menurut studi IDC dan Microsoft pada tahun 2019, perusahaan-perusahaan Indonesia yang menggunakan kecerdasan buatan diharapkan dapat meningkatkan laju inovasi mereka (1,7 kali) dan produktivitas karyawan (1,9 kali) dalam tiga tahun.

Lima pendorong bisnis adopsi kecerdasan buatan di Indonesia (dalam urutan prioritas): Keterlibatan pelanggan yang lebih baik (40% responden menyebutnya sebagai factor nomor satu), Daya saing lebih tinggi (17%), Marjin yang lebih tinggi (14%), Peningkatan inovasi (11%), Karyawan yang produktif (6%).

“Microsoft sangat senang bisa membantu Bank Mandiri mempercepat perjalanan transformasi digitalnya melalui solusi kecerdasan buatan dan intelligent cloud. Industri seperti institusi Keuangan perlu terus memahami teknologi terbaru untuk dapat berhasil dalam lanskap digital ini, dan kami berharap dapat membantu transformasi di setiap lini bisnis Bank Mandiri,” ujar Haris Izmee.

Bank Mandiri, lanjut Haris, telah lama bermitra dengan Microsoft dan menjadi salah satu pengadopsi solusi digital workplace untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing tenaga kerja. Di masa depan, dengan kecerdasan buatan dan intelligent cloud, kemitraan strategis ini akan membawa nilai lebih bagi bank, terutama untuk proses perbankan yang aman dan mudah bagi pelanggan serta tempat kerja modern yang memungkinkan kolaborasi secara mudah.

 
 
 

Implementasi PSAK 71, Mandiri Terapkan Teknologi Penghitungan Real Time

 

Implementasi PSAK 71, Mandiri Terapkan Teknologi Penghitungan Real Time 

 

JAKARTA - Bank Mandiri akan lebih selektif dalam menyalurkan kredit seiring pemberlakuan aturan dalam pencatatan pencadangan kerugian, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71. Ketentuan ini merupakan standar baru akuntansi keuangan dalam mitigasi risiko dimana industri pembiayaan harus lebih selektif memilih bisnis yang akan dikucuri kredit.

Artinya, Bank Mandiri yang memiliki 22 juta nasabah ritel dan menyalurkan pembiayaan ke segmen korporasi, komersial dan UMKM, harus memastikan adanya proses bisnis dan captive market yang kuat sebagai syarat utama pembiayaan. Selain itu nilai jaminan yang disediakan dalam peminjaman menjadi faktor yang menentukan.

Direktur Teknologi dan Informasi Bank Mandiri Rico Usthavia Frans mengatakan, hal ini membutuhkan inovasi teknologi informasi untuk memudahkan dan mempercepat perhitungan pencatatan pencadangan kerugian agar Bank Mandiri dapat terus menjaga akselerasi bisnis secara berkelanjutan. Pasalnya, standar akuntansi baru ini perhitungannya lebih kompleks dibanding sebelumnya sehingga jika bank tidak memperbarui teknologi informasi untuk prosesnya, maka akselerasi bisnis bank dapat terhambat.

Seperti diketahui, PSAK 71 memberi panduan tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan. Standar yang mengacu kepada International Financial Reporting Standard (IFRS) 9 ini menggantikan PSAK sebelumnya yakni PSAK 55.

PSAK 71 obligates credit providers to provide provision for impairment losses (CKPN) for all categories of loans, which includes performing, underperforming, and non-performing ones. This certainly calls for bigger amounts of provisions than before as it also will include forward looking macro-economic variables.

BDalam PSAK baru ini, poin utamanya ialah pencadangan atas penurunan nilai aset keuangan berupa piutang, pinjaman, atau kredit. Dengan demikian, aturan akuntansi ini mengubah metode penghitungan dan penyediaan cadangan untuk kerugian akibat pinjaman yang tak tertagih.

Dengan aturan baru ini, emiten harus menyediakan cadangan kerugian atas penurunan nilai kredit (CKPN) bagi semua kategori pinjaman, baik yang kredit lancar (performing), ragu-ragu (underperforming), maupun macet (non-performing). Kondisi ini tentu dinilai akan memberikan pencadangan yang lebih besar dari sebelumnya.

Untuk itu, Bank Mandiri menggandeng Empyrean untuk memperkuat sistem Bank Mandiri agar implementasi PSAK 71 dapat berjalan dengan optimal. Teknologi cerdas yang dikembangkan Empyrean memungkinkan perhitungan risiko dilakukan dalam waktu singkat oleh seluruh unit tanpa membutuhkan kehadiran tim IT.

Sebelumnya, perhitungan dilakukan menggunakan overnight batch processing cycles. Pendekatan dengan metode ini membutuhkan waktu lebih lama untuk melakukan perhitungan PSAK 71 yang sangat kompleks.

 
 

Typical Batch Process (EOD)

 
 

Data Streaming

 
 

Kelebihan pemanfaatan teknologi ini antara lain:

  Traditional “Batch Processing” Empyrean.NXT - “Data Streaming with Microservices”
Performance Tim IT dan user biasanya membutuhkan hingga 5 hari untuk menghasilkan laporan. Waktu pemrosesan dapat ditekan hingga kurang dari 2 jam
 
Flexibility Aplikasi dapat menjadi rapuh ketika ada fitur baru / patches yang perlu di deploy Fitur baru / patches dapat dideploy tanpa mempengaruhi komponen microservice yang lainnya
 
Hardware Biasanya membutuhkan server dengan spesifikasi yang tinggi, walaupun tidak semua proses membutuhkan resource yang tinggi. Dapat menggunakan server dengan spesifikasi yang jauh lebih rendah. Kapasitas yang dibutuhkan dapat ditingkatkan atau diturunkan tergantung kebutuhan.
 
Cloud Technology Biasanya tidak dibuat untuk dideploy ke Cloud. Cocok untuk dideploy di Cloud.
 
 
 

“Kami terus melakukan inovasi dan pengembangan infrastruktur teknologi informasi untuk menguatkan bisnis di tengah perkembangan tren dan kebutuhan yang sangat dinamis.bersama Empyrean, kami banyak melakukan lompatan-lompatan dalam pembaruan sistem untuk memenuhi kebutuhan yang sangat kompleks,” ujar Rico Usthavia Frans.

“Inti dari aplikasi Empyrean untuk solusi IFRS9 dengan teknologi “REAL TIME” adalah memberdayakan user pengguna untuk terus menyempurnakan perhitungan kerugian pinjaman (loan-loss provision) tanpa perlu intervensi IT. Teknologi kami memungkinkan user pengguna untuk fokus pada tugas serta fungsi mereka. Kemitraan kami dengan Bank Mandiri memungkinkan kami untuk terus berinovasi dengan teknologi yang terdepan dalam memenuhi kebutuhan IFRS9”- kata Chris Puype, Pendiri dan CEO Empyrean Solutions.