news-detail
Mandiri News Detail Portlet
DAILY ECONOMIC AND MARKET REVIEW

ECONOMIC REVIEW
DAILY ECONOMIC AND MARKET REVIEW
Office of Chief Economist, PT Bank Mandiri
Februari, 04, 2025 | Daily Economic Review: Indonesia Mencatat Deflasi Secara Bulanan pada Januari 2025
Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat deflasi sebesar -0,76% (mom) pada Januari 2025, lebih rendah dibandingkan inflasi 0,4% (mom) pada Desember 2024.
Deflasi ini didorong oleh kebijakan pemerintah dalam memberikan diskon sebesar 50% tarif listrik untuk konsumsi dengan daya hingga 2.200 volt-amperes (VA).
Secara tahunan, inflasi tercatat sebesar 0,76% (yoy) pada Januari 2025, lebih rendah dari 1,57% (yoy) pada Desember 2024.
Realisasi inflasi pada bulan Januari 2025 merupakan level terendah sejak tahun 2000. Inflasi tahunan pada Januari 2025 juga telah melewati batas bawah target Bank Indonesia sebesar 1,5% – 3,5%.
Pergerakan harga pada kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) dan barang bergejolak (volatile prices) menunjukkan arah yang berbeda.
Penurunan pada harga yang diatur pemerintah menjadi kontributor utama terhadap deflasi secara keseluruhan. Harga yang diatur pemerintah turun sebesar -6,41% (yoy) pada Januari 2025 dari 0,56% (yoy) di Desember 2024 akibat kebijakan tarif listrik di atas. Di sisi lain, harga barang bergejolak meningkat menjadi 3,07% (yoy) pada Januari 2025 dari 0,12% (yoy) di Desember 2024.
Dari sisi wilayah, inflasi tertinggi tercatat di Provinsi Papua Pegunungan sementara inflasi terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah.
Inflasi di Provinsi Papua Pegunungan tercatat sebesar 4,55% (yoy) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 112,06. Inflasi terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah dengan hanya 0,02% (yoy) dan IHK sebesar 105,90.
Tim riset ekonomi Bank Mandiri memperkirakan inflasi tetap terjaga pada level target pada tahun ini.
Penurunan inflasi pada Januari 2025 lebih dipengaruhi oleh faktor temporer, terutama penyesuaian tarif listrik. Sehingga kami perkirakan deflasi pada harga yang diatur pemerintah dapat bersifat sementara, dengan potensi kenaikan kembali dalam beberapa bulan mendatang akibat penyesuaian harga energi dan transportasi. Dari sisi global, ketidakpastian akibat kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) terhadap Tiongkok, Meksiko, dan Kanada dapat meningkatkan volatilitas di pasar keuangan. Penguatan dolar AS dapat memberikan tekanan tambahan pada Rupiah. Meski di sisi lain, pergeseran perdagangan antara negara-negara yang dikenakan tarif impor oleh AS dapat menciptakan menciptakan peluang ekspor bagi beberapa sektor di Indonesia. Secara keseluruhan, kami memperkirakan bahwa inflasi Indonesia dapat tercatat sebesar 2,38% pada akhir tahun 2025. (sa)
Untuk informasi yang lebih lengkap, Report tersebut dapat Bapak/Ibu unduh pada website kami melalui link berikut ini:
Download Document Media